Rabu, 06 Maret 2013

Klarifikasi




Klarifikasi digunakan untuk menghilangkan benda atau zat yang melayang dalam air, membuat air keruh menjadi air yang jernih. Serta dapat mengurangi kandungan zat besi, mangan, materi organik, minyak dan warna pada air. Juga menurunkan tingkat kesadahan air. Menggunakan bahan kimia untuk mengendapkan partikel yang melayang dalam air. 

Proses klarifikasi, antara lain.

Koagulasi.

Partikel atau benda yang melayang dalam air, cenderung mempertahankan diri satu sama lain. Partikel atau benda tersebut mempunyai muatan yang sama, sehingga saling tolak menolak. Jika muatan tidak stabil, maka antara partikel tadi akan terjadi tarik menarik dan mengumpul menjadi lebih besar (flok - kumpulan partikel perkecil).
Bahan kimia untuk men-tak stabilkan tersebut dinamakan Koagulan, biasanya dicampurkan sebelum masuk klarifier. Koagulan yang paling banyak digunakan adalah aluminum sulfate (alum), ferric sulfate dan ferric chloride.

Al2(SO4)3 + 6H2-> 6H+ 3SO42- + 2Al(OH)3
Selain alum, ferric sulfate, Fe2(SO4)3, dapat digunakan. Besi akaan bereaksi dengan hidroksida air membentuk ferri hidroksida
Fe2(SO4)3 + 6H2-> 6H+ 3SO42- + 2Fe(OH)3
Ferric chloride (FeCl3) adalah alternatif ferri sulfat.
FeCl3 + 3H2-> 3H+ 3Cl- + Fe(OH)3
Alkali ditambahkan pada klarifier dengan kisaran pH 5.5 sampai 6.5



Koagulan mempunyai muatan positif, yang terbentuk dari kation logam, berikatan dengan partikel dalam air yang bermuatan negatif. Kation logam bereaksi dengan hidroksida air membentuk logam hidroksida membentuk gumpalan kecil, yang dapat terlihat, dinamakan Flok. Zat warna, bahan organik (penyebab bau) serta koloid akan terikat dalam ikatan Flok.
Alum (aluminum sulfate), ferric sulfate dan ferric chloride adalah koagulan yang bersifat asam, sehingga pH air menjadi turun. Karenanya pH harus dinaikkan dengan penambahan kaustik (sodium hydroxide) atau alkaline (kimia dengan pH tinggi). Penyesuain pH antara of 5.5 sampai 6.5 akan membuat koagulan bekerja optimal. Tetapi penambahan Koagulan yang berlebih akan menyebabkan bahan yang terendap akan menjadi pecah karena muatan yang berlebih dari koagulan.

Flokulasi.

Pada langkah klarifikasi selanjutnya, gumpalan kecil tersebut diubah menjadi lebih besar, dinamakan makro flok atau agglomerated flok dengan penambahan Polimer. Polimer adalah senyawa organik berantai panjang dan mempunyai kisaran kerja pada pH tertentu.

Sedimentasi.

Langkah terakhir proses klarifikasi adalah sedimentasi. Makroflok yang jatuh ke dasar akan membentuk endapan lumpur. Lumpur akan mengarah ke tempat tertentu di bawah dengan bantuan scraper. Lumpur dibuang lewat klarifier blowdown. Air yang terbentuk di atas lumpur akan mengalir dan siap untuk proses pengolahan selanjutnya.

Pada umumnya penambahan disinfektan (kaporit atau sodium) dilakukan setelah injeksi koagulan pada klarifier, lalu pengaturan pH (kaustik) dan terakhir dengan penambahan polimer. 


Hasil yang diharapkan dari proses klarifikasi adalah:
- Turbidi atau kekeruhan inlet dari natural menjadi kurang dari 10 ntu
- TDS, tidak berubah
- Minyak : 10 ppm -> 0.5 ppm
- Hardness: tidak berubah
- pH: no limit -> 5.5 – 6.5
- Chlorine: minimal 0.5.ppm


http://kelolaair.blogspot.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar