Rabu, 06 Maret 2013

Sekilas Proses Pengolahan Air Sungai Menjadi Air Tanpa Mineral




Dari bahan baku air sungai dengan karakter unik, yang mudah diamati adalah tingkat kekeruhan (turbidity) yang bisa mencapai 250 ntu bahkan lebih dan banyaknya zat padat terlarut (TDS = Total Dissolve Solvent). Angka TDS menunjukkan air bersifat tawar, payau atau asin. Di musim hujan cenderung tawar dengan nilai TDS <> 4500 ppm. Perbedaan dengan fluktuatif yang tinggi memerlukan kontrol yang ketat pula untuk pengolahannya.

Perlakuan pertama adalah memompa air sungai ke dalam bak Clarifier. Di dalam Clarifier, air sungai bercampur dengan zat koagulan (Alum/tawas), kapur (mengatur pH - alum bekerja baik pada pH netral), zat flokulan (polimer - mengikat koagulan menjadi lebih besar), serta sodium untuk membunuh mikroba.

Diharapkan keluar dari bak Clarifier kekeruhan air baku sungai akan turun menjadi 10-20 ntu. Ditampung dalam bak pengendapan air sungai dengan 4 sekat pemisah. Di keluaran sekat terakhir, air mempunyai angka kekeruhan (turbidity) 5-10 ntu... Hmm airnya sudah cukup bening kan.. (Setahu saya, air seperti inilah yang dijual PDAM ke pelanggan.. Mestinya PDAB!.

Air ini siap diolah lebih lanjut, pada industri yang memerlukan air pendingin, air ini masuk ke Cooling Tower sebagai pendingin kondensor atau lainnya. Sebagian yang lain siap untuk emergency pada firefighting system. Sedangkan untuk mendapatkan air yang lebih bersih, air masuk ke dalam sistem pengolahan air lanjutan.

Air 'bersih' dari bak penampungan air sungai, dipompa menuju tangki tangki penyaringan, tangki penyaringan pertama terdiri dari pasir dan antrasit, karenanya dinamakan Dual Media Filter, berfungsi menurunkan turbidity dan TSS. Dan tangki kedua berisi Karbon Aktif atau Activated Carbon, yang berfungsi mengadsorbsi bahan organik yang masih terdapat dalam air. Air hasil penyaringan Dual Media Filter dan Activated Carbon mempunyai angka kekeruhan 2-3 ntu (waaah bening cling cling!), di masukkan dalam bak penampungan penyaringan atau Filtered Water Basin.

Air hasil penyaringan inilah yang dipakai untuk keperluan sehari hari, seperti masak, mandi, cuci... Yang dalam istilahnya disalurkan untuk air Potable (kalo air sungai lagi tawar lho!).

Sampai disini, air sungai mengalami penurunan Turbiditi, dari keruh sampai jernih.. Bagaimana dengan padatan yang terlarut? Garam garam yang terdapat dalam air? Bukankah air garam juga jernih? Bening cling cling!.... Air sungai yang tawar akan menghasilkan air jernih yang tawar pula pada potable, jadi jika air sungai ter intrusi air laut, maka potable juga ikut asin.

Proses untuk menjadikan air asin menjadi air tawar dinamakan Desalinasi. Cara lama adalah dengan Distilasi, pemanasan air sampai menjadi uap lalu dikondensasi menjadi air bersih. Dan cara satunya adalah dengan menggunakan membran semipermeabel yang didorong berlawanan dengan proses osmosis membran, dinamakan Reverse Osmosis.

Sebelum masuk sistem RO, air hasil penyaringan DMF-AC (disebut Treated Water) harus melalu pre RO, yaitu Cartdridge Filter, serta penambahan anti kerak, menghilangkan klorin yang mungkin tersisa dan mengatur pH agar memperpanjang umur membran RO.

http://kelolaair.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar